Oleh Didit Widiatmoko Suwardikun
Tulisan ini dibuat setelah mengamati pameran poster Rusia yang dipamerkan di Bandung (2006). Poster-poster yang kurang lebih berjumlah 90 buah adalah koleksi dari Dutabesar RI di Moscow, Bapak Susanto Pudjomartono. Bagi pengamat yang sempat mengalami jaman pemerintahan Soekarno, melihat cara-visualisasi propaganda tentu bisa merasakan ”greget” pada poster-poster ini, karena di tahun-tahun enam puluhan awal banyak dibuat poster dan baliho dengan gaya seperti ini, terutama pada waktu konfrontasi dengan Malaysia.
Unsur pembentuk Poster Rusia
Media poster di Rusia mempunyai beberapa pengaruh dalam pembentukannya. Ada beberapa hal yang mempengaruhinya antara lain adalah tradisi dan pergerakan seni.
Lubok, sebagai tradisi seni grafis sudah ada di Rusia sejak abad ke 17 Cetakan kertas atau kain dari cukilan kayu yang berupa suatu ilustrasi yang disertai teks. Lubok bisa berisi cerita rakyat, kisah religius atau komentar-komentar sosial. Ia juga bisa berisi lagu, satire sosial, puisi, dan bisa juga berfungsi sebagai pengumuman atau semacam koran.(Pudjomartono, 2006)
Poster woodblock, sebuah tradisi yang telah dibangkitkan kembali dan diadaptasi sebagai alat propaganda jaman perang dunia pertama (1914) di Eropa, sebagai bentuk visual yang dikenal sebagai Rosta Windows, bulletin satu muka, sering berisi ilustrasi komik naratif, sering digantungkan di etalase dan di stasiun kereta-api.
Konstruktivisme, sebagai istilah untuk pergerakan radikal dalam senirupa Rusia yang berkembang beberapa saat sebelum revolusi Bolshevik tahun 1917. dalam usaha untuk meredefinisikan peran dari seniman dan sebagai kontribusi terhadap pembentukan atau konstruksi dari negara komunis baru, sekelompok seniman menolak konsep “seni untuk kepentingan seni” (art for the art’s sake) yang menjadi dasar pemikiran faham Suprematisme yang sedang berlaku pada saat itu.
Para Konstruktivis menolak konsep bahwa seni adalah milik golongan borjuis. Dengan menggunakan pemikiran lukisan abstrak, mereka menghancurkan pembedaan antara seni dengan pekerja. Pembuatan gambar secara mekanis yaitu fotografi, dan percetakan membantu mewujudkan ideologi serta membantu tujuan mereka dalam mendirikan komunisme.(Livingstone, 1996:46)
Kelompok Konstruktivisme ini mencurahkan tenaganya untuk aktivitas sosial yang bermanfaat seperti pada desain grafis, fotografi teater dan film. Dimotori oleh Vladimir Tatlin (1885-1953), Alexander Rodchenko dan Eliezer Lissitzky, ciri pergerakan ini adalah menggabungkan Kolase, fotografi, fotomontase, desain huruf bold dan teknik cetak yang baru. Kekuatan ekspresif dari tipografi dengan menggunakan huruf-huruf Sans Serif menjadi ciri yang kuat bagi kelompok Konstruktivis. Ide-ide konstruktivisme mempengaruhi etos pendidikan Bauhaus, yang setelah itu menyebar ke seluruh Eropa melalui publikasi, pameran dan pertukaran kunjungan.
Pada tahun 1920 pemerintah Soviet menjadi semakin menaruh perhatian pada pergerakan Konstruktivis ini karena kebutuhan akan seni visual (propaganda) untuk kepentingan negara.
Sosial realisme, konsep dalam berkesenian seni rupa dan satra yang muncul pada abad 20 sebagai hasil pengaruh pemikiran Karl Marx, dengan memperhatikan dan menampilkan golongan pekerja, petani dan buruh, yang selama ini menjadi pihak yang dikalahkan oleh para Kapitalis dan Borjuis yang banyak menikmati kehidupan berkesenian tinggi.
Social realism—the objective depiction of life as it is. Believing that art should serve the working people and be readily available to them. (Encarta, 2003)
Dalam poster-poster propaganda bergaya Sosial Realisme figur pekerja atau tokoh partai sering digambarkan dengan posisi yang lebih tinggi dari pengamat, hal ini untuk memberikan kesan besar, agung dan mulia. Sedangkan pihak Kapitalis sering digambarkan buruk dan posisi yang rendah.
Sejarah Sosialis Rusia dimulai dari zaman pasca keruntuhan Tsar, yaitu pada masa Lenin memunculkan gagasan revolusi dimulai dari kalangan petani, sehingga lahirlah golongan Bolshevik dan golongan Menshevik yang memicu revolusi pertama di Rusia. Lenin seorang ahli propaganda membangkitkan dan membakar semangat rakyat dan gagasan propaganda ini dilakukan melalui poster. Ide ini juga diikuti dengan Era Stalin yang juga melakukan propaganda untuk mempertahankan kekuasaannya, figur Stalin muncul pada surat kabar, majalah, poster yang membakar semangat rakyat, menanamkan rasa simpati pada pemimpin rezim yang berkuasa.
Sejarah Poster Rusia
Dalam tahun-tahun awal revolusi, poster menjadi alat komunikasi massa yang meneriakkan slogan-slogan politik secara visual dan ilustratif. Pada jaman revolusi juga dikembangkan penggunaan fotografi dengan peningkatan ketrampilan desainer dalam pengolahan presentasi grafis.
Desain poster Viktor Deni dan Dmitri S. Moor, adalah pengembangan ilustrasi untuk kepentingan politik. Moor menggambarkan kiasan-kiasan politik dengan cara pembesaran, pengambaran dengan sangat kontras dan sekarang masa depan, musuh dan pahlawan, perjuangan buruh lawan imperialis, dengan slogan sederhana : Smert’ Alirovomu Imperializmu (Death to World Imperialism). (Hollis, 2001:44)
Banyak poster Moor dan Deni yang menggunakan pembatasan warna yaitu hitam dan merah. Merah digunakan untuk menggambarkan elemen revolusi, terutama bendera, baju buruh dan petani. Hitam digunakan untuk gambar utama dan sebagai warna pakaian kapitalis. Pembatasan pemakaian pada dua warna ini digunakan untuk memperkuat kesan dan pesan.
Meskipun poster sudah dikenal sebagai pencapaian yang matang dalam desain grafis Rusia dengan pola geometris dan warna primer konstruktivis, tetapi yang paling utama adalah bagaimana membuat pesannya jelas. Propaganda merupakan tipe khas sebuah pesan yang dapat mempengaruhi opini publik dilancarkan oleh pemerintah Rusia sejak pemerintahan Lenin. Poster mengajak rakyat untuk menumpas segala bentuk oposisi yang bermunculan. Membakar patriotisme rakyat yang tidak mengerti arah yang akan ditempuh. Poster propaganda selama perang adalah yang paling mengena dihati rakyat sehingga mereka mendukung kemauan rejim yang berkuasa dengan mengagungkan revolusi Rusia. Para revolusioner mengenal dua aspek propaganda, agitasi (agitatsija) dan propaganda. Keduanya merupakan kegiatan dasar yang sangat penting bagi penyebaran ideologi. Lenin telah menciptakan untuk pertamakalinya sebuah mesin propaganda yang bertopang pada poster
Pada era Bolshevik 1917-1921 melahirkan poster dalam periode pemulihan Rusia dari perang, kelaparan, ketidakpuasan. Rusia sudah tenang tetapi perang membawa colaps pada ekonomi Rusia. Lenin menciptakan New Economic Policy dengan mengijinkan beberapa perusahaan swasta kembali beroperasi. Dalam bidang seni gerakan konstruktivisme menjadi dominan. kelompok ini ingin membentuk sebuah komunitas/masyarakat komunis yang baru. Poster komersial dan film berkarakter konstruktivis.
Revolusi Bolshevik menciptakan pemerintahan komunis yang pertama, sebuah pemerintahan para buruh dan petani. Lenin sebagai tokoh dalam revolusi, berperan dalam penciptaan kreasi baru poster Rusia, khususnya poster-poster propaganda.
Poster dimasa Lenin menjadi mesin propaganda yang agresif, poster memainkan peranan penting dalam menyebarkan visi Lenin tentang perubahan kultural dan politik kepada rakyat kebanyakan buta-huruf dan tidak tahu apa apa. Pada masa ini lebih dari 20 poster per minggu telah diciptakan atau sekitar 3600 eksemplar poster dihasilkan dalam waktu tiga tahun. Pemerintahan baru mulai mengontrol kertas dan percetakan. Pertengahan tahun 1918 telah dimulai pencetakan dan distribusi poster. Pembuat poster terkenal pada waktu itu adalah Alexander Apsit yang telah menciptakan banyak simbol Soviet, di antaranya palu arit dengan bintang merah yang dikenal sebagai simbol Rusia. (Cristiana, 2006)
Periode 1921-1927 merupakan periode pemulihan dari negara yang porak poranda karena perang, kelaparan, dan ketidakpuasan. Poster-poster yang muncul kebanyakan dalam gaya konstruktivis.
Periode 1928-1932, Setelah Stalin menjadi kuat dan memiliki supremasi dalam pemerintahan, dia mengakhiri New Economic Policy dan menciptakan era komunisme yang sempurna dengan rencana 5 tahun dalam bidang ekonomi. Didorong keinginan mengembalikan USSR sebagai kekuatan besar, dia memerintahkan peningkatan produksi dalam segala bidang dan pembangunan yang terus menerus. Aspek lain dari rencana 5 tahun ini adalah pemusnahan private farming dan pembentukan collective farming tempat di mana petani bekerja untuk Negara. Setelah pemaksaan terus menerus maka tujuan tercapai. Sekitar tahun 1933 semua bidang dalam perekonomian berada di bawah pengawasan dan kendali pemerintah, demikian pula Seni dan Sastra, semua karya sastra harus beraliran Sosial Realisme, yang mengambarkan kehidupan komunis dan nilai nilai komunisme. Propaganda telah dikontrol dengan ketat oleh pemerintah dan Stalin sendiri. Poster-poster yang muncul di pabrik, pertanian, dan tempat umum sangat banyak dan bervariasi, karena Negara berada dalam keadaan yang membutuhkan kepercayaan dari rakyatnya. Pembuat poster yang dikenal pada periode ini adalah Gustav Klutsis, seorang konstruktivis yang membuat lebih dari 20 macam poster. Warna yang digunakan adalah merah dan hitam.
Rencana 6 tahun yang kedua (1933-1937). Setelah rencana 5 tahun pertama yang berakhir dengan sukses, maka disusul dengan rencana 6 tahun. Mulai 1934 Stalin mulai dengan pembersihan unsur partai kemudian pembersihan unsur tentara. Setiap orang yang menunjukkan perlawanan atau kurang entusias terhadap pekerjaannya, dikirim ke kamp kerja paksa atau ditembak. Sastra dan poster pada masa itu menekankan pada pemujaan terhadap Stalin. Gambarnya muncul di mana mana, di berbagai kesempatan dan kegiatan. Kebebasan Seni dimatikan dengan perlahan, setiap percobaan menggambarkan aspek lain dari pada kehidupan komunis dan pemimpinnya, merupakan pelanggaran berat.
Periode Perang Patriotik (1941-1946). Pada akhir tahun 1930 an poster beraliran Realis Sosialis berhenti seiring dengan invasi Hitler ke seluruh Eropa pada bulan Juni 1941. Tema propaganda beralih menjadi anti Nazi, perang patriotik membela negara dan hal itu menutup poster yang menggambarkan kehidupan komunis. Tema tema antireligi mulai hilang dan kartun satire mengarah kepada Kapitalis mulai muncul. Hampir semua poster diciptakan oleh para artis muda yang juga beraliran Realis. Salah satu diantara mereka adalah Kukryniksky, seorang kartunis, illustrator, dan posteris. Selain itu, dapat juga dicatat nama nama seperti : Viktor Koretsky, and Viktor Ivanov. (Cristiana, 20006)
Periode Pasca Perang (1946-1953 ) Periode pasca perang ditandai dengan kembalinya Sosial Realisme dan Stalin menjadi fokus poster pada awal periode ini, wajah Joseph Stalin sering digambarkan senagai figur sentral. Poster propagandaRusia semakin dikenal oleh banyak kalangan dan cara visualisasinya berpengaruh hingga ke China, Laos bahkan Indonesia.
Dijaman pemerintahan Nikita Kruschchev (1953-1964) ditandai oleh kemenangan Rusia dalam bidang angkasa luar, tahun 1961 kosmonot Yuri Gagarin berhasil ke luar angkasa.
Perestroika dan Glasnost mengambil tempat penting sebagai tema poster yang diciptakan dalam periode Mikhail Gorbachev(1985-1991).
Analisis Visual terhadap Poster Rusia
Poster-poster mengandung unsur-unsur visual diantaranya berupa simbol-simbol dan ungkapan-ungkapan visual yang bersifat metafora.
Simbol merupakan analogi atau metafora termasuk bahasa lisan, tulisan dan obyek visual mewakili beberapa kualitas dari kenyataan yang ditambahkan dalam kepentingan atau nilai oleh proses simbolisasi itu sendiri. Hampir setiap masyarakat telah melibatkan suatu sistem simbol, karena setiap sistem simbol mencerminkan sebuah logika budaya tertentu, dan setiap simbol berfungsi untuk mengkomunikasikan informasi diantara anggota kelompok budaya dengan cara yang sama, tapi dengan sikap yang lebih halus daripada bahasa langsung. Simbol adalah alat untuk mentransmisikan ide-ide yang terlalu sulit atau rahasia untuk disampaikan dalam bahasa yang umum diantara orang-orang yang telah terakulturasi sedemikian rupa (Widiatmoko, Tesis : 2002)
Pesan merupakan unsur yang penting, apapun yang di visualisasikan maksudnya adalah mengkomunikasikan pesan melalui unsur-unsur visual. Dengan mengamati unsur-unsur visual inilah maka dapat ”dibaca” pesan yang divisualisasikan dalam media poster.
Poster bertema Perempuan
Beberapa poster divisualisasikan untuk menggiatkan dan mengangkat harkat kaum perempuan, serta peran kaum perempuan dalam menyemangati perjuangan. Sebagai bahan analisis di ambil tiga buah sampel dari poster yang dipamerkan.
Poster pertama menggambarkan seorang perempuan berkerudung model Eropa timur sedang menggendong seorang anak. Perempuan dan anak ini menghadapi todongan senapan bersangkur (pisau runcing dengan kedua sisi tajam, ditempatkan diujung senapan) dengan logo Swastika-Nazi, pada batang sangkur ini terdapat sebercak warna merah yang mengidentifikasikan darah. Wajah perempuan yang ditodong ini tidak menunjukkan ekspresi takut, melainkan ekspresi marah dan kebencian.
Visualisasi seperti ini dapat membangkitkan empati pengamat, sehingga ikut menjadi benci kepada pihak yang menodongkan sangkur.
Poster kedua menggambarkan seorang perempuan sedang menggendong seorang bayi, posisinya digambarkan lebih tinggi dari pengamat dengan wajah frontal dicahayai lebih terang, pandangan lurus menatap ke depan. Sebuah lengan dan tangan muncul horisontal dari batas frame arah kiri pengamat memegang kepala dan leher bayi, lengan dengan otot yang besar, terlalu besar dan berotot untuk tangan perempuan. Sebuak lengan dan tangan yang lain dari arah kanan pengamat memegang bagian bawah sang bayi. Sikap tubuh seperti ini bukanlah cara wajar menggendong bayi. Ini lebih tepat disebut cara memegang tiang panji atau bendera ketika apel baris berbaris. Tampilan seperti ini sangatlah “Percaya diri”, menunjukkan pembangkitan semangat seolah jawaban dari pesan pada poster yang pertama.
Poster yang ketiga, seorang prajurit berpakaian seragam militer lengkap dengan topi baja senapan bersangkur. Disebelahnya seorang perempuan berkerudung model Eropa timur sedang memegangi dada sang prajurit. Wajah sang prajurit memandang ke arah kanan atas dengan optimis. Visualisasi ini dimaksudkan untuk menambah semangat prajurit untuk bertempur di medan perang, karena sang perempuan merestui (bangkitkan semangat juang) dengan menepuk dada sang Prajurit. Dari ketiga poster dengan tema perempuan ini dapat di tarik kesimpulan bahwa pesannya visualisasi figur perempuan untuk memacu semangat perjuangan rakyat.
Poster bertema Anti Imperialisme
Dari beberapa poster yang dipamerkan diambil tiga poster sebagai sampel yang bisa mewakili pesan anti imperialisme. Simbol dari imperialisme adalah mata uang dolar, orang memakai topi hitam tinggi berjas hitam panjang (tuxedo) dengan kemeja putih dan berdasi kupu-kupu.
Poster pertama, seorang pria berwajah tegas dan berbadan tegap, berpakaian model pekerja, dengan lengan yang berotot tangan kanan nya mencengkeram sebuah tangan kurus yang telapaknya ber cap simbol dolar. Tangan sang pekerja yang sebelah kiri mengepal tanda geram atau siap memukul. Visualisasi seperti ini menyiratkan pesan untuk para pengkhianat perjuangan bangsa yang menerima suapan dolar, siap diseret dan dipukuli oleh rakyat.
Poster kedua, seorang pria berseragan tentara dengan tanda apangkat dipundaknya, tangan kirinya memegang buku bersampul warna merah, dan tangan kanannya mengacungkan telunjuknya seperti mengancam kepada seorang pria tua dan kurus kecil berciri pakaian imperialis yang tangan kanannya memegang bom dan tangan kirinya memegang obor menyala dan berasap hitam, sebagai simbol penebar teror. Posisi sang tentara berada lebih atas dan ukuran lebih besar dari sang penebar teror, dan badan sang tentara seolah keluar dari sebuah jendela dengan tembok bertuliskan CCCP. Buku sebagai simbol konsep pemikiran, atau petunjuk pelaksanaan perjuangan.
Poster ketiga, seorang pria yang berotot tak berbaju, tangan kanannya mengepalkan tinju yang menunggu giliran sementara tangan kirinya sedang meninju dagu seorang pria gendut berpakaian “imperialis” yang tangan kanannya menyodorkan dua kertas bertuliskan “dollar” dan tangan kirinya memegang cambuk. Uang dan Cambuk adalah simbol penjajah yaitu setelah dibayar, diperlakukan semena-mena. Sedangkan orang tak berbaju merepresentasikan buruh, yang setengah telanjang bekerja di tambang dan dilecuti. Poster-poster ini menyiratkan pesan untuk perlawanan terhadap imperialisme.
Poster pasca Perestroika & Glasnost
Pada masa ini poster-poster yang diwarnai protes menjadi tema sentral, penggambaran figur tokoh masa pasca perestroika ini tidak lagi tampilan cara propagandis dan Sosial Realisme, melainkan lebih kearah sindiran.
Poster pertama menampilkan figur pria yang sedang bertopang dagu tanda berpikir karena didera banyak masalah. Latar belakang dari figur ini adalah hitam kelam. Pesan yang tersirat adalah seorang pria yang berpikir keras dalam kegelapan. Dari ciri-cirinya pria tersebut adalah Mikhail Gorbachev.
Poster kedua terlihat seorang pria mengenakan baju seperti baju luar angkasa berwarna hijau, tangan kana,nya memegang megaphone (pengeras suara) dan tangan kirinya tersembunyi dibalik perisai yang berwarna merah biru putih bendera Rusia, tetapi di bagian warna merah ada simbol seperti garuda Jerman. Latar belakangnya adalah hitam dan warna merah seperti jilatan api. Kepala pria menghadap kekanan dan dari ciri rambut yang semua putih, menunjukkan ciri dari Boris Yeltsin.
Poster yang ketiga, seorang pria berpakaian angkatan laut, berjaket hitam didalamnya kaus oblong garis-garis seperti yang biasa dipakai oleh kelasi kapal. Memakai topi pet yang ukurannya agak terlalu besar dibandingkan ukuran kepalanya, dan pengamat seolah dia diposisi lebih rendah. Melihat ciri-ciri wajahnya pria ini seperti Vladimir Putin, pemimpin Rusia saat ini.
Cara-cara visualisasi poster di masa pasca Prestroika & Glasnost menjadi realisme simbolik yang mengarah kepada sindiran. Mungkin ini pengaruh keterbukaan, globalisasi, kebebasan berpendapat. Era ini di Rusia ditandai dengan pecahnya Federasi Rusia menjadi negara kecil-kecil.
Poster pernah menjadi alat propaganda yang bisa membangkitkan semangat nasionalisme suatu bangsa. Bisa dikatakan cerminan suatu bangsa bisa dilihat bagaimana produk posternya. Bagaimana dengan poster-poster yang dihasilkan oleh bangsa kita saat ini, membangkitkan rasa nasionalisme atau larut dalam “hegemoni” globalisasi dengan visualisasi yang membangkitkan gairah birahi.
Kepustakaan :
Encarta, Encyclopedia, 2003
Hollis, Richard, Graphic Design A Concise History, Thames & Hudson, London, 2001.
Livingstone, Alan and Isabella, Dictionary of Graphic Design and Designers, Thames & Hudson, London 1996.
Pudjomartono, Susanto, Mengapa Poster Rusia, brosur pameran, 2006
Siregar, Aminuddin Th, Konteks Seni dalam Poster Rusia, brosur pameran, 2006
Suseno, Frans Magnis, Pemikiran Karl Marx, Gramedia, Jakarta, 1999.
Victoria Marta, Cristiana, Memahami konteks sosio historis Rusia sehubungan dengan Poster, Makalah Persentasi, April 2006.
Widiatmoko S., Didit, Perubahan logo perusahan, Sebuah analisis visual, Tesis, ITB, Bandung 2002.
Catatan :
Makalah ini ditulis pada tanggal 28 Mei 2006 dan telah dimuat di Jurnal VISUAL vol 08 no 2 (2006), FSRD Universitas Tarumanagara, Jakarta.
Didit Widiatmoko Suwardikun
e-mail : [email protected]
Lahir di Malang, Jawa Timur, lulus S1 Desain Grafis dari ITB pada tahun 1983, Magister Desain dari ITB tahun 2002. Pernah bekerja sebagai staf marketing communication di Industri Pesawat Terbang Nusantara tahun 1994 – 2003, sekarang bekerja sebagai dosen tidak tetap di Institut Teknologi Bandung dan Universitas Tarumanagara.
Download materi > Poster Rusia
Artikel serupa: Perupaan Poster Rusia oleh Priyanto Sunarto
•••
posternya manteb….apa karena latar belakang orang rusia sendiri yang kenyang dengan kekerasan ya???